artikel

Ketika Mereka Mengenal Allah

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَإِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang [lalu] dia berkata, “Inilah Tuhanku,” tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata, “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku,” tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata, “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”

Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar,” maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”

(QS Al-An’am: 76-79)

earth1

Demikianlah cara Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengajarkan bagaimana seseorang mengenal Allah dan sifat-sifatnya. Beliau menunjukkan bahwa Tuhan Yang Sebenarnya tidak pernah luput mengawasi hamba-hambanya, apalagi meninggalkan mereka. Inilah salah satu perwujudan dari mengenal Allah dengan benar.

Telah banyak contoh orang-orang yang benar-benar mengenal Tuhannya, tidak terbatas pada hanya para Nabi maupun para pengikut mereka yang bertemu muka dan menerima langsung ajaran mereka. Karakter yang mereka tampilkan sebagai manifestasi dari mengenal Allah dapat kita pelajari dari kisah-kisah dalam Al-Quran dan Hadits, sejarah, bahkan pada orang-orang yang hidup di dunia saat ini. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Sabar dalam menghadapi cobaan

Dikisahkan bahwa seorang yang shalih melewati seorang laki-laki yang lumpuh setengah badan dan buta. Lelaki lumpuh itu berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari cobaan yang telah dialami oleh banyak orang.”

Lelaki shalih yang lewat itu heran, kemudian bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku! Apa yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dirimu padahal saya melihat semua musibah menimpa dirimu?”

Ia menjawab, “Menyingkirlah kamu dariku hai pengangguran! Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyelamatkanku karena Dia menganugerahkan kepadaku lisan yang selalu mentauhidkan-Nya, hati yang dapat mengenal-Nya, dan waktu yang selalu kugunakan untuk berdzikir kepada-Nya.”

Seseorang yang mengenal Allah tidak pernah berputus asa dan mampu melihat hikmah di balik musibah yang dia alami. Sebaliknya, dia juga mampu menahan diri dan bersyukur ketika diuji dengan kenikmatan dunia, sebagaimana yang ditunjukkan oleh seseorang dari Bani Israil yang diceritakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim:

Orang tersebut dahulunya buta, kemudian Allah mengutus malaikat untuk menyembuhkan penglihatannya dan memberinya kambing untuk diternakkan. Ketika ternak kambingnya sudah begitu banyak, orang tersebut didatangi lagi oleh malaikat tersebut yang menyamar sebagai orang buta yang miskin dan meminta seekor kambing sebagai bekal untuk meneruskan perjalanannya.

Beginilah jawaban orang yang dulunya buta itu, “Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang Anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak Anda sukai. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit Anda dengan meminta Anda mengembalikan sesuatu yang telah Anda ambil karena Allah.”

Subhanallah, begitulah jawaban seseorang yang mengenal Allah.

Selalu merasa diawasi Allah

Pada suatu malam ketika sedang melihat-lihat keadaan rakyatnya di pinggiran kota Madinah, Khalifah ‘Umar bin Khaththab radhiallahu ‘anhu mendengar sebuah percakapan dari balik dinding sebuah rumah. Seorang perempuan memerintahkan anak perempuannya untuk mencampur susu dengan air, tetapi anak perempuan itu menolak dan berkata, “Bagaimana aku hendak mencampurkannya, sedangkan Khalifah ‘Umar melarangnya?”

Sang ibu pun menimpali, “Umar tidak akan mengetahui.”

Namun sang anak menjawab, “Walaupun ‘Umar tidak mengetahui, tetapi Rabb (Tuhan)-nya Umar pasti mengetahui.”

Mendengar jawaban tersebut, ‘Umar kemudian memerintahkan putranya ‘Ashim untuk menikahi anak perempuan itu. Dari pasangan tersebut lahirlah ibu dari Khalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz yang terkenal karena keadilannya sebagai perwujudan dari rasa takutnya akan pertanggungjawabannya kepada Allah atas amanat kekuasaan yang diberikan kepadanya.

Masih begitu banyak teladan yang bisa kita ambil dari orang-orang shalih yang mengenal Allah yang tidak mungkin kita jabarkan satu persatu dalam tulisan singkat ini. Semoga semangat mereka untuk mengenal Allah dengan benar dan mengamalkan konsekuensinya memotivasi kita untuk mengikuti langkah-langkah mereka menuju ridha Allah yaitu surga.

(Disadur dari kisahmuslim.com dan www.kisahislam.net)

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button