artikel

Wahai Anakku, Tidak Ada yang Pantas Ditaati Melebihi Allah

“Ajarkan kalimat laa ilaaha illallah kepada anak-anak kalian sebagai kalimat pertama dan tuntunkanlah mereka mengucapkan kalimat laa ilaaha illallahketika menjelang mati.” (HR Hakim)

Dengan jelas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa kalimat pertama yang diperintahkan untuk kita ajarkan kepada anak adalah kalimat tauhid bahwa Ilah, Tuhan, God, yang pantas untuk paling kita taati, kita sembah, kita cintai dan yang kita paling harapkan ridlonya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menerima kalimat ini memiliki konsekuensi bahwa kita merelakan diri kita untuk mentaati aturan Allah dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak hanya mengerjakan sholat, tapi juga cara kita bergaul dan memberikan cinta kita dengan manusia dan alam, cara kita menghabiskan waktu, cara kita mempelajari ilmu, cara kita memperlakukan orang yang bersalah dan segala macam aspek kehidupan manusia di muka bumi semua mengikuti petunjuk dari Allah.

Lalu bagaimana cara mengajarkannya?

Di dalam Al-Quran, pelajaran tentang Tauhid kepada anak tercantum dalam surat Luqman ayat 13:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”

Ayat itu menjelaskan bahwa cara mengajarkan tauhid kepada anak dimulai dengan memberitahu, sehingga anak yang tadinya tidak kenal menjadi mengenal kata “Allah” dan segala sifat yang dimiliki dzat bernama Allah. Anak, sebagaimana juga kebanyakan kita orang tua, mungkin tidak langsung mengerti siapa itu Allah dan bagaimana kekuasaannya. Namun dengan menyampaikannya berulang-ulang, maka anak akan terbiasa dan nama Allah dan kekuasaan-Nya akan menjadi norma atau dogma yang tertanam di dalam hatinya, dan menjadi cara berpikirnya dalam bersikap ketika mendapati peristiwa-peristiwa di kehidupan sehari-harinya.

Menanamkan tauhid ke dalam hati anak sehingga menjadi kebiasaannya, perilakunya, normanya adalah jauh lebih esensial dibandingkan mengisi akalnya dengan pengetahuan. Hal ini karena Islam adalah peribadatan itu sendiri. Walaupun seseorang mengakui kekuasaan Allah, jika seseorang menolak menyembah Allah maka dia tidak sampai pada derajat Muslim. Menanamkan tauhid kepada hati anak juga akan memudahkan anak menerima Islam ketika akalnya sudah sempurna, pada saat dia sudah mampu memahami hal-hal yang lebih mendalam tentang perintah Allah dan membandingkannya dengan perintah selain Allah, sebab hatinya telah lebih dahulu terbiasa dan menerima.

Paling tidak ada tiga hal tentang sifat Allah yang perlu kita tanamkan kepada anak melalui bercerita terus menerus: Pertama tentang kebesaran kekuasaan Allah yang meliputi langit dan bumi, kedua adalah kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya dan ketiga adalah menanamkan kecintaan dalam menyembah dan mentaati aturan-Nya.

Kebesaran kekuasaan Allah dapat kita ajarkan dengan mengenalkan kepada anak bahwa matahari, bulan, bintang, angin, hujan, petir, gunung-gunung yang tinggi, lalat, tanaman, sayuran yang kita makan, semua adalah ciptaan Allah. Setiap hari kita ulang-ulang penyampaian kita, maka lama-kelamaan akan tertanam di hati anak bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu.

Kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya dapat kita ajarkan dengan menceritakan bahwa makanan yang kita makan, air yang kita minum, rumah yang kita tempati, kesehatan, mata, tangan, kaki, wajah yang tampan dan cantik, kasih sayang orang tua, semua adalah rezeki pemberian Allah. Tentu mereka belum bisa sempurna memahaminya bagaimana cara Allah memberikan rezeki-Nya kepada orang tua kita, bagaimana cara Allah menumbuhkan sayuran, bagaimana cara Allah menurunkan hujan dan lain sebagainya. Itu semua adalah konsumsi akal dan baru akan mungkin dipahami anak ketika mereka beranjak dewasa. Namun menanamkan norma, dogma ke dalam hati mereka, ketika anak masih kecil, bahwa itu semua adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia akan memudahkan mereka memahami hakikat pemberian orang ketika mereka beranjak dewasa, sehingga mengerti batasan dalam membalas budi atas kebaikan orang lain.

Terakhir yang paling penting adalah menanamkan kecintaan beribadah kepada Allah. Ini diajarkan dengan memberitahu anak bahwa surga adalah balasan bagi Muslimin yang taat beribadah kepada Allah. Bahwa surga berisi kenikmatan, berisi makanan yang paling lezat, pakaian yang paling gemerlap, rumah yang berlantai berlian dan berdinding emas, kesenangan yang tidak pernah putus. Disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Mengulang-ulang cerita tentang surga sangat penting bersamaan dengan menanamkan kebiasaan sholat dan tilawah Quran kepada anak.

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button