Menyingkap Rahasia Keajaiban Bumi dalam Al Qur’an
oleh Dr. Eng. Yunus Daud, Dipl. Geotherm. Tech., M.Sc
Sebelum menyingkap rahasia dan keajaiban ciptaan Allah di dalam Al Qur’an, kita perlu mengawalinya dengan berpikir tentang ayat-ayat Allah. Dan dalam berpikir tentang ayat-ayat Allah, percayalah bahwa Al Qur’an is always one step ahead of science. Penjelasan Al Qur’an selalu selangkah atau bahkan lebih maju dibandingkan penemuan-penemuan sains modern. Hal ini tidaklah aneh, sebab sains adalah usaha manusia untuk memahami ciptaanNya beserta hukum-hukum yang meliputinya dan Al Qur’an adalah kitab yang diturunkan sebagai petunjuk tentang berbagai hal, baik yang sudah diketahui maupun yang belum dipahami manusia sebelumnya. Jika kita memakai sains sebagai acuan untuk ‘membaca’ Al-Qur’an, suatu saat kita akan mendapati sains yang tergopoh-gopoh dalam ‘mengikuti’ Al Qur’an.
Allah dalam Al Qur’an Surat Al Mulk ayat 3 dan 4 memberi ‘tantangan’ kepada manusia untuk mengobservasi apakah ada yang tidak seimbang (disorder) pada ciptaanNya. Pun hingga pengobservasi lelah, niscaya tak akan ditemukan ketidakseimbangan. Lebih jauh dari itu, antara Al Qur’an (ayat qouliyah) dan objek ciptaanNya yang lain (ayat kauniyah) pun tidak akan ditemukan ketidakselarasan. Mari kita coba gunakan peta pikir berikut: Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Mengetahui memberi ‘jalan formal’ berupa wahyu kepada rasul-rasulNya berupa ayat-ayat qouliyah, ayat-ayat yang terfirman. Ayat-ayat qouliyah tersebut merupakan pedoman hidup bagi manusia dan kebenarannya bersifat mutlak sepanjang masa. Beriringan atau setelahnya, Allah juga memberi ‘jalan non-formal’ berupa ilham kepada manusia, baik muslim ataupun bukan, berupa ilmu untuk membaca ayat-ayat kauniyah, ayat-ayat yang terhampar. Saat ini kita sudah mengenal berbagai ilmu untuk membaca ayat-ayat kauniyah seperti biologi, fisika, kimia, dll. yang biasa kita kategorikan sebagai sains. Karena berupa akumulasi temuan-temuan manusia dari berbagai masa, sains sendiri bersifat eksperimental dan kebenarannya bersifat relatif bergantung pada kemajuan berpikir dan peradaban manusia itu sendiri.
Kedua ‘jalan’ dalam peta berpikir di atas bukan merupakan prioritas kesatu dan kedua, sebab keduanya diperlukan untuk berpikir dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allah. Yang menarik adalah ayat qouliyah ini sering mengisyaratkan ayat kauniyah. Coba renungkan kedua ayat berikut dan coba cari hubungannya dengan ilmu-ilmu yang sudah kita pelajari:
”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Tiadakah kamu cukup bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Al Qur’an Surat Fushshilat (41) ayat 53)
”Sekiranya kami turunkan al Qur’an ini kepada sebuah gunung pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir” (Al Qur’an surat Al Hasyr (59) ayat 21)
Dalam ayatNya yang lain, yakni Surat Al Anbiya (21) ayat 30, Allah menyampaikan bahwa bumi dan langit dahulunya padu dan kemudian dipisahkan antara keduanya. Hal ini mirip dengan teori Big Bang, di mana alam semesta dimodelkan berawal dari satu poin dan terus mengembang. Namun Big Bang sendiri sejauh ini masih berupa teori – karenanya masih perlu pembuktian-pembuktian untuk memperkuat kedudukannya. Tapi ini terlihat seperti sejalan dengan yang ada dalam Al Qur’an. Setelah “bang” terjadi pengembangan hingga pada suatu masa tertentu terjadi peningkatan kecepatan perkembangan. Ekspansi/perkembangan terjadi karena adanya supernova dari bintang yang berada pada jarak yang paling jauh di alam semesta. Pertanyaannya: apakah alam semesta akan berkembang terus menerus? Al Qur’an memberi beberapa hint bagi kita, “(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama. Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati. Sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanannya” (Al Qur’an Surat Al Anbiya’ (21) ayat 104)
Pada ayat yang lain disebutkan ”Sesungguhnya Allah Menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap. Dan sungguh, ketika keduanya akan lenyap tidak dapat seorangpun yang dapat menahannya kecuali Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun” (Al Qur’an surat al Faathir ayat 41). Bumi ditahan agar tidak lenyap, bagaimana cara menahannya? Apakah bumi ini digantung? Dimana gantungannya? Tak ada. Yang kita tahu adalah terdapat sebuah gaya yang disebut gaya gravitasi dan itu menjadi penahan planet-planet dan galaksi-galaksi. Gaya gravitasi ini kita pelajari sebagai Hukum gravitasi universal. Dari bumi yang mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh gravitasi bulan, matahari, planet-planet di tata surya, oleh galaksi bima sakti sendiri dan bahkan gravitasi galaksi selain bima sakti –Allah-lah yang menciptakan itu semua. Bagaimana apabila jarak antara bumi-matahari makin didekatkan sehingga gravitasinya juga berubah? Yang paling mudah ditebak adalah hilangnya air yang dibutukan penghuni bumi. Bagaimana bila bumi digeser menjauh dari matahari? Maka gas-gas yang ringan akan berkumpul semua di bumi. Dengan kata lain bumi diletakkan dan ditahan oleh Allah dalam posisi yang sangat pas untuk keberlangsungan kehidupan. Inilah kuasa Allah Subhanahu wata’ala.
Kita juga telah mengenal geothermal, anugerah Allah yang ditanam dalam bumi berupa panas yang dapat dimanfaatkan. Energi yang terletak pada claycap dapat dimanfaatkan dalam bentuk uap panas dengan tekanan yang sangat besar. Pemanfaatan itu dapat berbentuk listrik untuk disebarkan kepada penduduk, atau sebagai green house, atau bisa juga untuk pengeringan hasil perkebunan-pertanian, penghangatan air agar ikan bisa gemuk, dan lain-lain. Keunggulan energi geothermal adalah sifatnya terbarukan (renewable), ramah lingkungan, tidak tergantung pada pergantian musim, dan masih banyak lagi. Sekarang coba cari isyarat mengenai geotermal dalam Al Qur’an atau sunnah.
Sebagai penutup, mari sekali lagi kita renungkan ayatNya yang lain:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu,”Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”Berdirilah kamu”, maka berdirilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Al Qur’an Surat Al Mujadilah ayat 11)