artikel

Cerita Sang Perantau Dari Bogor

Karim Abdullah

Hidup merantau di negeri seberang merupakan sebuah pengalaman yang mendebarkan sekaligus juga mengasyikkan. Mendebarkan karena banyak hal baru yang harus dihadapi, namun juga mengasyikkan karena kreatifitas kita untuk menjalani hidup akan diuji secara maksimal. Kedua hal tersebut bersatu padu menyuguhkan pengalaman hidup yang amat berharga bagi pelakunya.

Begitupun dengan pengalaman yang saya dapat selama 5 bulan tinggal di Adelaide, penuh dengan kekhawatiran namun juga penuh dengan kesenangan. Kekhawatiran yang pertama bagi saya berkaitan dengan kebutuhan pokok jasmani, fikiran dan rohani. Dapatkah saya menemukan makanan halal di kota ini? Apakah saya bisa melaksanakan ibadah seperti di Indonesia? Apakah ada kegiatan pengajian yang bisa saya ikuti untuk mempertebal keimanan, apakah saya bisa menyelesaikan kuliah ini tepat waktu? Apa yang harus saya lakukan bila ada masalah akademik? Pada tulisan singkat ini, saya akan mencoba untuk berbagi pengalaman yang saya alami selama merantau di Adelaide.

Saya datang ke Adelaide pada bulan Juli bertepatan dengan bulan Ramadhan. Saya cukup beruntung karena mendapatkan tempat tinggal yang dekat dengan masjid, tepatnya adalah masjid raya Marion. Ada beberapa keuntungan yang saya peroleh yaitu bisa lebih sering shalat berjamaah di masjid, berbuka puasa secara gratis dan kadang kala mendapat kiriman makanan untuk sahur.

Selanjutnya ada beberapa hal yang saya lakukan pada minggu pertama di Adelaide, seperti mempelajari sistem transportasi di Adelaide. Saran saya adalah segera urus kartu mahasiswa agar bisa mendapatkan kartu Metrocard versi concession, lalu isi dengan paket 28 days pass seharga 58 AUD. Kartu Metro ini sangat dibutuhkan untuk berpergian baik ke kampus, ke pasar, berkunjung ke tempat teman atau sekedar main ke tempat wisata. Mungkin saat pertama mengisi akan terasa berat, namun bila dihitung per 28 hari, akan sangat banyak sekali penghematan yang dilakukan. Sistem transportasi di Adelaide sudah terintegrasi dengan Google Maps, jadi manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk bepergian.

Selama di Adelaide, saya tidak hanya menghabiskan waktu antara kampus-unit- pasar, tapi saya sering sekali berjalan- jalan. Banyak tempat menarik dan gratis di Adelaide yang terjangkau dengan sistem transportasi yang ada. Alhamdulillah saya sudah main ke Belair, Hallet Cove, museum Adelaide, pantai Glenelg, belanja di Savers dan juga barbeque bersama kawan di taman kota atau pantai.

Akses internet merupakan kebutuhan vital bagi perantau terutama untuk mengakses Google Maps. Agar paket data tetap hemat, saya biasanya hanya menggunakan paket data saat di jalan, selebihnya saya lebih sering gunakan akses wifi yang ada baik dari kampus, kota Adelaide ataupun di tempat tinggal.

Untuk mencukupi kebutuhan makanan, saya biasanya belanja daging halal untuk satu minggu di butcher halal di Central Market. Pada awal di Adelaide, saya biasanya membeli daging pada hari sabtu sekalian belanja sayuran dan bumbu- bumbu. Namun setelah saya amati ternyata pilihan daging di hari sabtu tidak sebanyak di hari lain. Setelah mengetahui hal tersebut, saya mengganti jadwal belanja mingguan menjadi pada hari kerja, tentu saja saat tidak ada kegiatan kuliah. Selanjutnya, untuk menghemat pengeluaran, saya biasanya masak dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh saya memasak paha ayam sebanyak 1 kg (8 potong) untuk satu hari (karena saya tinggal berdua). Sebagian saya makan, sebagian untuk bekal makan siang dan sebagian lagi dimasukkan ke kulkas untuk makan selanjutnya.

Membawa bekal makan siang sudah menjadi hal wajib bagi saya karena dapat menghemat pengeluaran yang bila  dihitung nominalnya cukup besar. Agar bisa melakukan hal tersebut, saya membutuhkan waktu lebih untuk  memasak dan tentu saja saya juga investasi untuk membeli kotak makanan yang tahan microwave. Bekal makan siang yang saya bawa akan dihangatkan terlebih dahulu di microwave (banyak tersedia secara gratis  di kampus) agar rasanya tetap nikmat. Oh ya, menu andalan saya adalah segala hal yang berbahan kecap, karena rasanya sudah dijamin akan manis.

Selain itu, untuk menghilangkan rasa bosan dan sekaligus menambah wawasan keislaman, saya juga mengikuti pengajian mingguan yang diadakan oleh para mahasiswa Indonesia. Banyak pilihan yang tersedia tergantung dari lokasi tempat tinggal; untuk bapak-bapak setidaknya ada empat tempat yaitu di Mile End, Kurralta City Beach (KCB), Marion dan Flinders.

Selain itu, MIIAS juga rutin mengadakan pengajian bulanan. Bedanya adalah selain menghadirkan penceramah TOP juga menyajikan makanan khas Indonesia yang menggoyang lidah. Tentu saja acara pengajian ini juga menjadi ajang silaturahmi warga Muslim Indonesia di Adelaide. Acara seperti ini sangat penting karena bisa menjadi sumber pertukaran informasi tentang peluang pekerjaan yang tersedia.

Jadi, merantau itu sangat nikmat bila anda tahu seninya dan yang utama tentu saja seimbang. Kuliah di kampus, sosialisasi dengan kawan dan juga berolahraga. Demikian sekilas pengalaman saya tinggal di Adelaide, semoga dapat menjadi bekal bagi para pembaca semua.

 

Related Articles

Back to top button