artikel

Tantangan Untuk Wudhu Dan Shalat

Erwin Mazwardi

“Waduh bagaimana cara berwudhu nih,” saya hanya bisa mematung sambil memandangi deretan wastafel di toilet kantor.

“Masak harus angkat kaki ke dalam wastafel. Apalagi bakalan buat becek toilet. Kan bisa bikin malu umat Islam saja,” lanjutku dalam hati.

Kebetulan toilet itu berada di lantai yang penuh dengan pekerja. Jadi menunggu toilet hingga sepi, kemungkinannya sangat kecil.

Apa boleh buat, masak tidak sholat gara-gara tidak ada tempat cuci kaki. Kalau ini sampai terjadi, haram hukumnya kerja di negeri non-muslim. Bukan apa-apa, ketika tinggal di Indonesia, masih rajin sholat karena fasilitas wudhu di kantor.

Di lain waktu, ketika musim dingin, mengambil wudhu di kala subuh merupakan suatu siksaan tersendiri. Bayangkan, setelah kaki terasa nyaman di blanket elektrik semalaman, ketika subuh harus disiram lagi. Tidak peduli air panas atau dingin, tetap saja kaki jadi menggigil kedinginan.

Betul-betul deh cobaan tinggal di negeri non-Muslim yang memiliki empat musim. Tidak heran banyak orang Islam yang berimigrasi ke Australia jadi kedodoran sholatnya.

“Tapi Win, kamu bisa saja tidak menyuci kakimu ketika berwudhu. Cukup pakai kaus kaki, lalu kamu usap saja,” kata Hani kawan sekantorku asal Palestina (Hani ini lelaki bukan perempuan).

“Betul-betul deh cobaan tinggal di negeri non-Muslim yang memiliki empat musim.”

“Masak iya? Baru kali ini aku dengar cara seperti itu. Apa tidak sesat?” tanyaku dengan keheranan.

“Tidak tahu bukan berarti tidak ada hukumnya. Kamu saja yang tidak pernah belajar. Jangan sedikit-sedikit bilang sesat.”

“So sorry Hani, I am just a little bit surprised.”

Kemudian si Hani menjelaskan panjang lebar berwudhu dengan memakai khuf ini. Akupun tidak percaya mentah-mentah dengan penjelasannya. Aku cari internet dan tanya kepada ustadz-ustadz di Adelaide. Setelah yakin dengan dalil-dalil agama yang digunakan barulah aku memutuskan untuk mengikutinya. Mau tahu bagaimana caranya? Nih saya jelaskan secara singkat.

Pertama kali yang harus dilakukan adalah berwudhu dulu sebelum memakai khuf. Setelah memakai khuf, kalau berhadas besar ataupun kecil, maka ketika berwudhu ulang cukup dengan mengusap bagian atas khuf dengan air. Cara berwudhu seperti ini batasnya adalah 3 hari ketika sedang bermusafir atau satu hari ketika tidak bermusafir. Khuf ini bisa berupa kaus kaki juga. Tapi pastikan kaus kaki menutup mata kaki.

Dasar-dasarnya sebagai berikut:

Dari Mughirah bin Syu’bah, ia berkata: Saya pernah melihat Nabi SAW, lalu ia berwudhu lantas  saya tunduk untuk membukakan dua sarung kakinya, maka sabdanya: “Biarkanlah keduanya, karena aku masukkan kedua-duanya dalam keadaan suci (setelah wudhu)”. Lalu ia usap atas kedua- duanya. (Muttafaq ‘alaih)

Dari ‘Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Nabi SAW tetapkan 3 hari dan 3 malamnya bagi musafir, dan sehari semalam bagi muqim, yakni tentang mengusap atas dua sarung kaki. (Muslim)

Dengan berwudhu seperti ini, akan memudahkan hidup kita di Australia. Seperti motto Islam itu mudah, kenapa harus disusah-susahkan kalau ada dalil sahih yang memudahkan? Sebagaimana sibuknya atau sulitnya keadaan kita di Australia, kewajiban shalat tidak akan hangus.

Pada umumnya, dari pengalaman saya kuliah dan bekerja di sini, orang Australia sangat memahami dan akan memudahkan jika kita minta izin dengan baik-baik. Yang terpenting kita sudah tunjukkan bahwa kita belajar atau bekerja dengan professional.

Justru mereka akan lebih respect kepada kita karena kita menunjukkan harga diri dengan men- jalankan perintah agama sendiri. Terkadang kita dihantui oleh rasa cemas atau takut ketika harus minta izin untuk shalat. Pertama timbanglah situasi anda dengan baik-baik, lalu tanyalah pengalaman teman-teman Muslim yang lain dan terakhir berdoa kepada Allah agar dimudahkan urusannya. Kalau dipikir, rasa takut itu sebenarnya bisikan setan semata.

Related Articles

Back to top button