artikel

Tak Berpuas Diri

Story Highlights
  • Knowledge is power
  • The Future Of Possible
  • Hibs and Ross County fans on final
  • Tip of the day: That man again
  • Hibs and Ross County fans on final
  • Spieth in danger of missing cut

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh FAJAR KURNIANTO

Sebagian orang acap kali cepat merasa puas dengan diri sendiri, dengan apa yang telah dicapai, dan enggan meningkatkan lagi atau meraih yang lebih baik, besar, dan tinggi lagi. Bukan hanya dalam hal ikhtiar atau usaha mencari rezeki atau karunia duniawi, melainkan juga dalam hal beramal untuk akhirat. Dalam hal beramal, ini tentu bukan sesuatu yang positif, melainkan negatif bahkan tercela. Merasa telah beramal banyak, lantas mengendorkan semangat, menurunkan intensitas, bahkan sampai berhenti, atau setidaknya mulai jarang melakukan.

Seseorang, misalnya, telah merasa cukup dengan beramal wajib, seperti shalat fardhu atau puasa Ramadhan. Padahal, di luar itu ada shalat-shalat atau puasa-puasa sunah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan. Misalnya, shalat tahajud, witir, rawatib, dhuha, dan seterusnya. Ada pula puasa sunah, seperti Senin-Kamis, Dawud, tiga hari setiap bulan, dan seterusnya. Di samping sebagai penambah pundi-pundi pahala atau investasi di akhirat, juga sarana untuk lebih mendekatkan diri dan mendapatkan cinta Allah, serta untuk mendapatkan manfaat atau kebaikan dalam kehidupan di dunia.

Allah Mahakaya dan Maha Pemurah. Dia tidak akan pernah bosan memberikan pahala dan karunia-Nya kepada hamba-Nya yang terus-menerus meningkatkan amal salehnya setiap waktu, baik itu berupa ibadah mahdah (individual) maupun ghair mahdah(sosial). Semakin meningkat amal hamba, semakin banyak pula pahala dan karunia yang diberikan Allah kepadanya. Nabi mengatakan, Demi Allah, sesungguhnya Dia tidak pernah bosan (memberi pahala) sehingga engkau semua bosan (melaksanakan amal itu). (HR al-Bukhari dan Muslim).

Allah sangat mencintai hamba-Nya yang konsisten beramal saleh meskipun sedikit. Dan, Dia lebih senang lagi dengan orang yang terus-menerus meningkatkan amalnya.Tentunya sesuai dengan kemampuan maksimalnya, tanpa memaksakan diri jika tidak mampu. Nabi mengatakan, Bersikaplah lurus, lakukanlah yang sederhana (jika tidak mampu melakukan yang berat), dan bergembiralah (untuk memperoleh pahala), sekalipun sedikit, juga mohonlah pertolongan dalam melakukan suatu amal (usaha), baik di waktu pagi, sore, maupun malam. (HR al-Bukhari).

Allah menyuruh kita untuk beramal sesuai kemampuan, karena agama Islam sesungguhnya adalah agama yang mudah dan tidak memberatkan (QS al-Baqarah [2]: 185).Namun, Allah amat suka dengan orang beriman yang terus meningkatkan kapasitas dan kemampuannya sehingga setiap waktu amalnya meningkat. Ini menunjukkan, ia tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dilakukan atau diraih; ia ingin terus meningkatkan lagi ke tahap yang lebih tinggi tanpa berlebih-lebihan atau memaksakan diri jika memang tidak mampu.

Orang yang merasa puas dengan amalnya, tidak hanya menunjukkan betapa lemah dan sedikitnya gairah atau spirit beramal pada dirinya, tetapi berpotensi mengubahnya beralih pada hal-hal negatif dan berbahaya yang sejatinya mesti dihindari. Iman dan amal saleh seorang hamba seyogianya meningkat, bukan malah menurun. Karena itu, Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab al-Hikammengingatkan, Pangkal segala maksiat, kelalaian, dan syahwat adalah sikap puas terhadap diri sendiri. Dan, pangkal segala ketaatan, kesadaran, dan kesucian adalah sikap tidak puas dengan diri sendiri.

Orang yang tidak puas dengan diri sendiri dalam hal amal saleh, akan selalu mengintrospeksi dan mengevaluasi diri untuk kemudian ingin lebih meningkatkan lagi amal salehnya, tidak hanya dari sisi kuantitas tetapi juga kualitas. Tidak hanya kualitas amal, tetapi juga kualitas dirinya. Dengan demikian, ia akan selalu meningkatkan kualitas diri untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.Sebaliknya, orang yang berpuas diri sering kali malah lalai, lupa, malas, dan akhirnya lebih menuruti keinginan hawa nafsunya ke arah hal-hal negatif dan tercela yang justru menurunkan tidak hanya kuantitas amalnya, tetapi juga kualitas dirinya sendiri. Wallahu a’lam

Related Articles

Check Also
Close
Back to top button