Mengetahui sistem kesehatan di tempat kita tinggal sangatlah penting. Agar kita tahu cara memanfaatkannya disaat membutuhkan. Sistem kesehatan di Australia cukup berbeda dengan sistem di Indonesia. Tetapi perilaku/tindakan medis kurang lebih sama karena ilmu kedokteran sifatnya universal.
Pendidikan Kedokteran
Sarjana kedokteran pada umumnya ditempuh selama 6 tahun, dan ini sudah termasuk pengalaman klinis di rumah sakit selama 2 tahun terakhir. Selanjutnya ada Internship, pengalaman kerja setahun di rumah sakit dalam pengawasan secara mutlak dari dokter-dokter senior. Setelah itu terselesaikan dengan baik maka dokter bisa mendapatkan General medical registration (izin praktek umum). Dari situ dia bisa meneruskan untuk bekerja di rumah sakit umum agar bisa menimba pengalaman yang lebih luas, sebelum mengambil pendidikan spesialis. Pendidikan spesialis yang sering diambil seperti general practitioner (spesialis umum/dokter keluarga), physician (penyakit dalam), surgery (bedah), anaesthesia, emergency (spesialis UGD), psychiatry (penyakit jiwa), pathology dan radiology. Di Indonesia, setiap dokter yang sudah menyelesaikan PTT-nya (Internship) maka dia bisa praktek secara bebas sebagai ‘dokter umum’ di klinik mana saja. Di Australia, untuk bisa praktek secara bebas sebagai ‘dokter umum’ di klinik maka dia harus menyelesaikan pendidikan General Practitioner terlebih dahulu. Ini ditempuh dalam 3-4 tahun setelah selesainya internship.
General Practitioner sebagai ujung tombak
Dari total jumlah dokter di Australia, hampir separuhnya merupakan GP. Orang yang sakit antara perlu untuk ke Emergency Department atau ke GP. Jika sakitnya ada kemungkinan membahayakan jiwa atau anggota tubuh tertentu secara cepat maka orang itu akan langsung dirujuk ke UGD rumah sakit umum terdekat. Jika sakitnya tidak terlalu parah maka orang itu perlu menemui GP terdekat sesuai pilihannya sendiri. Tidak bisa seseorang menemui dokter spesialis lain tanpa rujukan dari seorang GP terlebih dahulu atau melalui UGD.
Tugas GP adalah seperti penyaring, untuk mengurus semua keluhan kesehatan dan untuk merujuk pasien ke dokter spesialis jika diperlukan. Sistem ini memungkinkan efisiensi kerja dari dokter-dokter spesialis yang lain, yang jumlahnya juga tidak sebanyak GP. Misalnya, jika seorang neurosurgeon (Ahli Bedah Syaraf) berurusan dengan banyak pasien yang mengeluh sakit kepala maka skill-nya kemungkinan tidak akan termanfaatkan dengan efisien. Penyebab sakit kepala sangat banyak dan sebagian besar tidak memerlukan intervensi bedah. Ini bisa ditangani oleh seorang GP.
Selain dari itu, tugas seorang GP adalah untuk mempraktekkan ‘preventative medicine’. Tidak hanya mengobati penyakit, tapi juga berdiskusi dan melakukan tindakan atas hal-hal yang bisa mencegah berbagai macam penyakit, atau minimum untuk mendeteksi penyakit sejak awal. Suatu hal yang biasa jika seorang GP berdiskusi panjang lebar tentang memperbaiki gaya hidup dan untuk berhenti merokok dengan pasiennya. GP juga mendiskusikan beberapa screening test misalnya Pap smear (untuk deteksi dini kanker mulut rahim), fecal test untuk deteksi kemungkinan kanker usus, mammogram untuk kanker payudara dan pemeriksaan untuk deteksi kanker prostat.
Disarankan setiap orang mempunyai satu GP yang sama, atau minimum datang ke klinik yang sama. Dengan demikian, riwayat klinis orang tersebut akan secara detail diketahui oleh seorang GP dan pada umumnya di Australia di simpan di sistem komputer masing-masing klinik.
Emergency Department
Di Adelaide ada enam rumah sakit umum pemerintah dengan fasilitas UGD, Royal Adelaide Hospital (City), Flinders Medical Centre (Bedford Park), Queen Elizabeth Hospital (Woodville South), Modbury Hospital, Lyell Mcewin Hospital (Elizabeth Vale) dan Women’s and Children’s Hospital (North Adelaide). WCH fokus menangani anak-anak hingga usia 17 tahun dan masalah yang berhubungan dengan kehamilan.
Seseorang bisa datang dengan inisiatif sendiri ke UGD terdekat. Pertama dia akan di periksa oleh seorang triage nurse. Sistem kategorisasi yang ada menuntut dokter jaga untuk memeriksa pasien-pasien dengan kategori yang lebih tinggi dahulu. Yang sering ditemui adalah orang-orang datang ke UGD dengan keluhan yang tidak membutuhkan pertolongan emergency, misalnya batuk pilek biasa, sakit gigi, dan bintik-bintik di kulit. Pasien-pasien ini bisa dipastikan akan menunggu 3-4 jam an sebelum diperiksa.
Disarankan jika memang ada kekhawatiran, terutama dengan anak-anak, maka silahkan bawa ke UGD dengan persiapan menunggu beberapa jam. Jika kira-kira bisa ditunggu hingga menemui GP sebaiknya jangan ke UGD.
Evidence-based medicine
Mungkin teman-teman yang datang dari Indonesia akan kaget waktu ke GP tidak diberi resep obat, tapi hanya diperiksa dan diberi saran-saran. Memang dalam praktek evidence-based medicine seorang dokter dituntut untuk selalu mengambil tindakan yang ada dasar hasil penelitiannya. Contohnya, sebagian besar penyakit radang pernafasan atas (tenggorokan, hidung, telinga) disebabkan oleh virus, dan ini bisa disimpulkan dari hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, seorang GP yang baik tidak akan langsung memberikan resep antibiotik karena itu tidak terbukti akan mempercepat proses penyembuhan. Antibiotik akan membunuh bakteri dan bukan virus. Penggunaan antibiotik yang berlebihan justru akan menimbulkan resistensi di kalangan bakteri-bakteri, sehingga di masa depan antibiotik yang sama akan kehilangan daya efeknya.